Artikel |
Written by Ki Priyo Dwiarso |
Wednesday, 24 November 2010 04:54 |
Kepergian mbah Maridjan meninggalkan pelajaran yang penuh kearifan. Gajah meninggalkan gading, harimau meninggalkan belang, manusia meninggalkan nama, sungguh sangat tepat. Sewaktu kami tanyakan kepada beberapa kawan “Sanggupkah anda berperilaku setia layaknya mbah Maridjan abdi dalem juru kunci gunung Merapi?” Banyak orang tergagap dan tidak bisa menjawab, bahkan beberapa orang mengatakan perilaku mbah Maridjan aneh. Tapi saat kami berargumen bahwa mbah Maridjan-lah yang sewajarnya, sedang kita ini berperilaku tidak wajar. Betapa tidak, almarhum memegang teguh “amanah” tugasnya, mendahulukan kewajiban daripada haknya, menjalankan tugas dengan penuh percaya diri. Mbah Maridjan menunjukkan pribadi asli manusia Timur yang sederhana, sabar, santun, teguh setia, tepo sliro, gotong royong, menyatu dengan alam dan jaman, sadar akan kuasa kodrat Illahi, taat beragama, rela berkorban. Walau pendidikan SD tidak sempat lulus, namun mbah Maridjan belajar dengan system “learning by doing”. Tanpa sadar almarhum menerapkan konsep “setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru” memperkuat ilmu titennya membaca bahasa alam. Kepribadian spiritual ketimuran tampak kental dalam aura dan setiap perilakunya. Para petinggi RI hingga rakyat umum wajib berkaca kepada perilaku mbah Maridjan yang konsisten dengan keindonesiaan. Saat ini semua mesmedia hingga website banyak meliput berita mbah Maridjan yang setia, gagah berani “rosa-rosa”. |
|
Artikel |
Written by Ki Priyo Dwiarso |
Saturday, 29 May 2010 07:00 |
Jepang pada tahun 1866 dibawah kekaisaran MEIJI Matsuhito melakukan restorasi di segala bidang, khususnya modernisasi ala Barat. Berawal dari restorasi inilah maka bangsa Jepang kemudian menjadi kekuatan raksasa dunia, baik pada era Perang Dunia II ataupun pada era globalisasi saat ini. Pada akhir Perang Dunia ke-2 dengan kekalahan yang amat pahit Kaisar Tenno Heika pertama kali bertanya “berapa guru yang masih hidup?”. Jepang memang sangat mementingkan pendidikan bagi rakyatnya. Kendala sempitnya tanah kepulauan, tandusnya tanah pertanian, seringnya terjadi bencana alam gempa bumi dan cunami menjadikan bangsa Jepang tabah menghadapi perjuangan hidup yang berat. Kemajuan peradaban Barat menjadikan bangsa Jepang terinspirasi untuk memajukan rakyatnya. Secara konsentris diserapnya kemajuan budaya Barat yang bermanfaat bagi bangsanya, dipadukan dengan semangat bushido. Terbukti Jepang dapat melakukannya lebih baik, bahkan sering lebih unggul dibanding dengan prestasi Negara yang menjadi inspiratornya.
|
|
|
Artikel |
Written by Jend. Ki Tyasno Sudarto |
Saturday, 29 May 2010 07:00 |
Penjajahan secara fisik yang terjadi pada beberapa puluh tahun yang lalu, seiring dengan era globalisasi berganti menjadi penjajahan di bidang ekonomi, budaya dan politik. Mesmedia cetak ataupun elektronik banyak dikuasai kaum kapitalis modern, sehingga opini negara berkembang kurang bisa diapresiasi dunia internasional. Pada tahun 1922 hal ini telah diprediksi dalam tulisan Ki Hadjar Dewantara (KHD). Tentang zaman yang akan datang, maka rakyat kita ada di dalam kebingungan. Seringkali kita tertipu oleh oleh keadaan, yang kita pandang perlu dan laras untuk hidup kita, padahal itu adalah keperluan bangsa asing. Lagipula kita sering mementingkan pengajaran yang hanya menuju terlepasnya pikiran (intelektualisme), padahal pengajaran itu membawa kita kepada gelombang penghidupan yang tidak merdeka dan memisahkan orang-orang terpelajar dengan rakyatnya. Dalam zaman kebingungan ini seharusnyalah keadaan kita sendiri (culturhistorishe/local wisdom) kita pakai sebagai penunjuk jalan mencari penghidupan baru yang selaras dengan kodrat kita dan akan memberi kedamaian dalam hidup kita. Dengan keadaan bangsa kita sendiri kita lalu pantas berhubungan dengan keadaban bangsa asing. |
|
PIJAR |
Written by Ki Priyo Dwiarso |
Monday, 29 September 2008 04:29 |
Nyi Hadjar Dewantoro (NHD) terlahir sebagai RAY Soetartinah Sasraningrat (RAYSS) adalah cucu Sri Paku Alam III dan merupakan sepupu RM Soewardi Soerjaningrat (RMSS) atau Ki Hadjar Dewantoro (KHD). Banyak orang mengenal dan mempelajari pribadi serta konsep-konsep KHD tapi sering lupa atau kurang mengenal siapa sebenarnya NHD.
RAYSS lahir pada tanggal 14 September 1890 (sama dengan tanggal lahir DR Sumadi Wonohito) dan pada tahun 1907 dipersunting RMSS yang kemudian terpaksa berbulan madu di pengasingan negeri Belanda. Bantuan biaya hidup dari pemerintah kolonial hanya diperuntukkan 1 orang (RMSS) terpaksa dihemat untuk berdua. RMSS harus bekerja sebagai jurnalis (wartawan) dan memperdalam ilmu pendidikan hingga mendapat diploma guna persiapan mendidik bangsanya. RAYSS bekerja sebagai guru Taman Kanak-Kanak (Frobel School) guna menunjang kebutuhan hidup sekaligus menabung biaya pulang ke tanah air hingga putri-putranya Ni Soetapi Asti dan Ki Subroto Haryomataram lahir disana. KHD pernah bercerita untuk menghemat biaya makan sering berbelanja daging jeroan yang harganya murah. Suatu waktu beliau memborong jeroan agak banyak, pemilik toko bertanya apakah anda memelihara banyak anjing? |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar